JAKARTA, Kepala Dinas Penataan Kota DKI Jakarta Iswan Achmadi menjelaskan perihal alat global positioning system (GPS) Geodetic. Ia mengatakan alat tersebut merupakan alat yang berbeda dari GPS Navigasi yang digunakan untuk berkendara.
Menurut Iswan, perbedaan mendasar yang ada pada kedua GPS itu terletak pada kemampuan menangkap citra satelit. Ia mengatakan saat GPS navigasi biasa kemampuannya hanya bisa menangkap tiga citra satelit, maka GPS Geodetic dapat menangkap 10 citra satelit.
Jadi, spesifikasi serta keunggulannya itulah yang membuat harganya mahal. Karena GPS yang kita maksud itu untuk Geodetic, bukan GPS Navigasi biasa yang biasa dipakai pada kendaraan yang harganya Rp 4 jutaan, kata Iswan, Selasa (22/9/2015).
Dengan kelebihannya dan kemampuannya menangkap citra satelit itu, kata Iswan, GPS Geodetic bisa menentukan posisi suatu bangunan secara Georeference dengan tingkat akurasi yang tinggi. Sebab, gambar dari citra satelit yang bangunannya sudah diukur bisa dikirim langsung ke geographic information system (GIS).
Menurut Iswan, hal ini berguna sekali untuk kegiatan penertiban bangunan. Sebab, nantinya akan terlihat bangunan-bangunan mana saja yang letaknya tidak sesuai dengan rencana tata ruang DKI.
Jadi, alat ini berguna untuk pengawasan realisasi pembangunan bangunan di lapangan yang berbasis koordinat. Sehingga bisa diketahui apakah bangunan tersebut sesuai dengan rencana kota atau tidak, ujar Iswan.