JAKARTA, Pencanangan pemerintah mencapai swasembada beras mensyaratkan dukungan penataan lahan pertanian dan pengelolaan Areal persawahan. Untuk memantau potensi pertumbuhan padi serta luasan lahan, diterapkan teknik penginderaan jauh dengan satelit resolusi tinggi.
Demi memperoleh citra satelit itu, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) bermitra dengan Airbus Defense and Space Perancis, yang memiliki satelit SPOT 6 dan SPOT 7 untuk memperoleh citra satelit resolusi tinggi 1,5 meter. Citra ini diterima stasiun bumi yang terletak Parepare, Sulawesi Selatan, selanjutnya diolah, kata Dedi Irawadi, Kepala Pustek Data Penginderaan Jauh Lapan dalam diskusi pengembangan pemanfaatan satelit resolusi tinggi di Jakarta, Rabu (25/2).
Selain itu, dari Perancis, Lapan akan mendapat citra dari Pleades 1A dan 1B, 50 sentimeter resolusi tinggi. Kerja sama dengan Amerika Serikat juga ditempuh untuk memperoleh citra dari satelit Quickbird untuk resolusi gambar 60 cm dan WorldView 30 cm.
Data penginderaan jauh itu diperlukan untuk mengamati fase masa pertumbuhan padi. Dari hasil analisis datanya dapat diketahui usia tanaman padi sehingga dapat diprediksi kapan waktu panen. Dari data citra satelit pula, luasan sawah di suatu wilayah diketahui akurat.
Disisi lain, bagi para pemangku kepentingan, data satelit ini dapat untuk mempredikasi jumlah panen padi dan memperkirakan kekurangan atau surplus panen.
Data itu bisa membantu perencanaan terkait kebijakan mengenai ketersediaan pangan nasional.
Berbagai aplikasi
Selain memantau lahan pertanian, khususnya areal persawahan, citra satelit resolusi tinggi juga akan digunakan mengobservasi kawasan hutan indonesia dan perairan laut nusantara, serta pemanfaatannya tentu saja di bidang pemetaan dan mitigasi bencana.
Dengan citra resolusi tinggi, gambaran yang diperoleh lebih detail dan dapat digunakan untuk beragam keperluan penyusunan informasi geospasial. Untuk pemetaan kawasan pedesaan dengan skala 1 : 5000, diperlukan citra satelit dengan resolusi di bawah 60 cm untuk kawasan seluas 400.000 km2, yang meliputi kawasan permukiman, kawasan persawahan, serta pertanian lahan kering.
Untuk mencakup kawasan pedesaan sebanyak 74.045 desa, menghasilkan 3.899 nomor indeks layout peta. Data itu diperlukan untuk perencanaan dasar tata ruang, kata Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG) Priyadi Kardono. Peta tersebut diperuntukkan dalam penetapan batas pedesaan dan perencanaan pembangunan daerah di seluruh wilayah Indonesia.
Di bidang maritim, data penginderaan jauh beresolusi tinggi sangat membantu mendeteksi keberadaan terumbu karang. Dengan demikian, kondisi terumbu karang dapat diketahui untuk pelestarian dan pemanfaatannya sebagai potensi pariwisata.
Di bidang mitigasi bencana, data satelit beresolusi tinggi dapat memberi gambaran rinci kondisi sebelum dan setelah bencana. Data tersebut sangat membantu upaya pemulihan daerah yang terkena dampak. Bahkan, data citra satelit juga bisa mendeteksi wilayah-wilayah rawan bencana sehingga membantu dalam mitigasi bencana di indonesia, ujar Dedi.
Selain Badan Informasi Geospasial (BIG), kemitraan juga dijalin dengan kementerian lain untuk pemanfaatan data citra satelit, di antaranya dengan BPPT, Kemen Pertanian, Kemen Agraria dan Tata Ruang/BPN, serta BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana).
Hubungi Kami Secara Online Untuk Info, Konsultasi, dan Penawaran Harga Citra Satelit. Silahkan Upload Materi/Dokumen khusus berupa GIS files dalam format Shapefile (*.shp), Mapinfo (*.tab), Googleearth (*.kmz), Cad (*.dxf), Gps (*.gpx), Peta yang sudah Georeference, atau Titik Koordinat sebagai Area Of interest. Email akan kami balas berupa Preview info ketersediaan Data Citra Satelit berdasarkan Area Of Interest lengkap beserta Penawaran Harga Citra Satelit.
[easy_contact_forms fid=1]
Citra Spasial
Jl. Cagak 3 Ciparay Bandung 40381
Telepon : +62 813 6690 3994 | div_sales@citraspasial.com | citraspasial@gmail.com